WHO Desak Pengembangan Vaksin Bakteri Pembunuh Bayi

Jakarta, CNN Indonesia --

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan pengembangan vaksin darurat melawan infeksi bakteri streptococcus grup B (GBS) yang membunuh hampir 150 ribu janin dan kelahiran bayi setiap tahunnya.

Laporan terbaru dari WHO dan London School of Hygiene and Tropical Medicine (LSHTM), menemukan dampak dari infeksi GBS adalah masalah terbesar penyebab kelahiran prematur dan kecacatan.

"Penelitian baru ini menunjukkan strep grup B (GBS) adalah ancaman utama yang tak terprediksi terkait kelangsungan hidup dan kesejahteraan bayi yang baru lahir," ujar salah satu anggota Departemen Imunisasi WHO, Philipp Lambach, dalam pernyataan resminya dikutip AFP, Rabu (3/11).


"WHO bersama mitranya menyerukan pengembangan darurat vaksin ibu GBS, yang akan memiliki manfaat besar di negara-negara di seluruh dunia," Lambach menambahkan.

Laporan itu menyebut hampir 100 ribu kematian bayi baru lahir, dan nyaris 50 ribu kematian janin setiap tahun.

Profesor dari LSHTM, Joy Lawn, setuju pengembangan vaksin darurat itu.

"Vaksinasi ibu bisa menyelamatkan nyawa ratusan ribu bayi di tahun-tahun mendatang," katanya.

Lawn juga mengecam kurangnya gagasan yang progresif untuk mengembangkan vaksin GBS itu.

Rata-rata, 15 persen perempuan hamil di seluruh dunia, atau hampir 20 juta setiap tahun, membawa bakteri GBS di vagina mereka.

Namun demikian, sebagian besar kasus ini tak menunjukkan gejala. Perempuan hamil yang terinfeksi bisa menularkan GBS ke janinnya melalui cairan ketuban atau selama kelahiran bayi melalui saluran vagina.

Bayi dan janin sangat rentan karena sistem kekebalan mereka tak cukup kuat melawan bakteri yang berkembang biak.

Jika, tidak diobati, GBS bisa menyebabkan meningitis dan septikemia yang dapat menghilangkan nyawa. Sementara bayi yang bertahan hidup berpotensi terkena cerebral palsy atau masalah penglihatan dan pendengaran permanen.

Saat ini, perempuan dengan GBS hanya diberi antibiotik selama persalinan untuk mengurangi kemungkinan penularan ke bayi mereka.

Namun, pendekatan tersebut menimbulkan masalah di lokasi yang akses skrining dan pemberian antibiotiknya terbatas.

Menurut penelitian, tingkat tertinggi GBS di kalangan perempuan tak hanya ditemukan di Afrika, tapi juga di Asia Timur dan Asia Tenggara.

Laporan itu menyarankan, nantinya vaksin GBS dapat diberikan kepada perempuan hamil selama pemeriksaan rutin dan yang bisa menjangkau lebih dari 70 persen. Sehingga, dapat mencegah 50 ribu kematian bayi dan janin setiap tahun.

(pwn/bac)

[Gambas:Video CNN]

0 Response to "WHO Desak Pengembangan Vaksin Bakteri Pembunuh Bayi"

Post a Comment